ACCARITA, – NR seorang mantan pedagang di Makassar Mall harus gulung tikar dan menutup lapak dagangannya. Hal tersebut diceritakan kepada media Online, Rabu, (29/1/2019) sore.
Awalnya, ia membeli kios dengan harga 30 juta rupiah. Namun, setahun terakhir telah ia tutup setelah tidak mampu membayar pungutan setiap hari.
“Tidak tau saya, soalnya saya tempatnya belli 30 juta. Tanya orang semua belli, tidak ada orang sewa. Ada 30, ada 25, ada 20, tidak ada yang 15,” ungkap NR.
Saat ditanyai soal isu yang beredar terkait pungurusan KIP yang melonjak dari harga 150 ribu rupiah menjadi 650 ribu, NR mengaku tidak tahu jelas.
“Saya tidak tau, karena saya tidak mau bayar, saya langsung tutup saja tempat saya. Karena pembeli juga tidak ada. Sepi sekali. Waktu hari lebaran lalu saya istrahat. Saya isterahatkan tempatku. Saya tidak mampu bayar 22 ribu perhari,” lanjutnya
Lebih dalam, NR kemudian menjelaskan sejumlah pungutan yang kerap ia bayar kala membuka lapak di Makassar Mall.
“Ada pungutan satu hari itu uang menyapu 2 rb satu los, (total) karcisnya 7 ribu, Dalam satu hari saya keluarkan uang sapu,
22 ribu, ada uang lain, pokoknya kalau datangmi saya bayar 22 ribu. Mau tidak mau 22 ribu perhari,” kata NR.
NR kemudian beranggapan, orang yang menagih pungutan adalah pihak dari PD. Pasar stelah terlihat menggunakan seragam PD. Pasar pada umumnya.
“Saya tidak kenal orangnya, saya jarang liat namanya. Saya yakin, karena dia pake baju PD. Pasar,” lanjutnya.
Selain pungutan yang menurutnya resmi tersebut, NR juga menyebutkan pungutan lain. Berupa pungutan ‘keamanan’.
“Lain tong uang jaga sendiri. Uang jaga itu sendiri 5000 rupiah perhari, uang diberi bukan kepada pengelelola pasar. Diberi ke yang pegang. Mungkin ditau karena sudah bertahun-tahun. Semua pedagang harus bayar,”
“Berat sebenarnya orang disitu, pedagang disitu berat sekali, tidak tahan sebenarnya. saya sudah hentikan satu tahun. Kosong, marah ia setelah saya kosongkan. Katanya ibu ini bandel sekali, kalau anu saya ambil alih, tidak bisa karena saya beli ini,” ceritanya.
Di sisi lain, HM, pedagang yang saat ini masih aktif berjualan kemudian berharap adanya perhatian pemerintah kota agar bisa mengurangi beban pedagang.
“Kita tau mi sekarang, pembeli kurang, kalau banyak pungutan tersiksa ki kita kodong, kita ini orang kecil, mudah mudahan pak wali bisaki naperhatikan,” harap HM.(*)