ACCARITA,- Ketua Dekranasda Kota Makassar Rossy Timur memotivasi pengrajin di wilayahnya berinovasi di masa pandemi saat mengunjungi beberapa sentra kerajinan tangan di kecamatan Biringkanaya, dan Tamalanrea, Jumat (14/08/2020).
Rossy memahami tantangan yang dihadapi pengrajin di masa pandemi jauh lebih rumit. Namun menurutnya, tantangan itu memberikan peluang bagi pengrajin untuk melahirkan inovasi di berbagai bidang seperti menciptakan produk yang lebih variatif baik dari segi model, warna, bahan hingga promosi, dan penjualannya.
Ia mencontohkan pengrajin tenun ikat yang bisa menciptakan motif khas Makassar seperti aksara lontarak, Pinisi atau motif lainnya yang identik dengan Makassar.
Pengrajin juga dapat mencoba warna cerah pada desain tenun ikatnya. Jika selama ini tenun ikat yang diproduksi didominasi warna gelap seperti hitam, dan cokelat tua maka di masa pandemi ini, pengrajin dapat mencoba hal baru dengan membuat tenun ikat berwarna cerah seperti merah muda, dan jingga atau warna yang sedang tren seperti pink fucshia, dan magenta.
“Inovasi di masa pandemi akan membuat pengrajin kita mampu bertahan. Dekranasda, dan pemerintah menjadi penyokong utama pengrajin melewati masa pandemi ini,” ujarnya.
Bentuk inovasi lainnya yang dapat dilakukan oleh pengrajin kata Rossy adalah membuat desain produk yang berbeda dari yang pernah ada. Semisal, kain tenun ikat yang banyak dimanfaatkan untuk bahan pakaian, di masa pandemi ini, pengrajin dapat mencoba membuat masker dari bahan tenun ikat dengan dukungan pemerintah, dan Dekranasda masker buatan pengrajin ini dapat diterima pasar.
Gagasan untuk berinovasi di masa pandemi, juga disampaikan Rossy saat mengunjungi sentra kerajinan anyaman UKM Rumah Anyam Mandiri di kecamatan Biringkanayya yang mengolah tanaman Eceng Gondok menjadi barang bernilai ekonomis seperti tempat tisu, tas, keranjang, sendal, tatakan piring atau gelas, dan vas bunga.
Menyiasati lesunya pembeli di masa pandemi, Rossy mendorong pengrajin memanfaatkan sosial media seperti facebook, dan instagram dalam memasarkan produknya. Pembeli cukup memesan melalui akun sosial media, dan barang pesanan diantar menggunakan kurir online sementara pembayaran dapat dilakukan dengan sistem transfer atau bayar di tempat.
“Akun sosial media dimanfaatkan sebagai galeri untuk memamerkan produk kerajinan tangan sekaligus sebagai media pemasaran dengan begitu jangkauan pasarnya menjadi lebih luas meski tanpa bertemu langsung pembeli,” paparnya.
Hal serupa juga disampaikan Rossy saat mengunjungi pengarajin sabuk kelapa di kecamatan Tamalanrea yang memproduksi kerajinan tangan berbahan dasar sabuk kelapa, kulit, dan tempurung kelapa menjadi barang bernilai ekonomis seperti pot tanaman, hiasan dinding, minyak kelapa, dan VCO. (innang)