“Dari sebelumnya Rp150 miliar, menjadi Rp500 miliar. Nantinya Rp50 m untuk stanting (pangan dan gizi),” ujarnya di acara FGD rencana aksi daerah pangan dan gizi di Swiss Bell Hotel Makassar, Rabu (7/12/2022).
“TBM ini didefinisikan sebagai tiga beban malnutrisi yaitu, kelebihan berat badan atau obesitas, kekurangan gizi atau wasting, dan defisiensi nikronutrien,” katanya.
Dampak paling signifikan adalah lemahnya sistem ketahanan pangan dan sistem kesehatan ang menyebabkan semakin lebarnya ketimpangan akses dan renurunnya kualitas layanan kesehatan dan gizi.
“Di hulu, pertanian menjadi sektor kunci untuk mewujudkan atus gizi masyarakat yang optimal, tetapi penting untuk memahami interaksinya dengan sektor lain seperti pola asuh, nitasi dan air bersih, kualitas pelayanan kesehatan, serta sosial inklusi yang memiliki peran penting seperti: kemiskinan, pendidikan, budaya, gender, agama, usia, suku, disabilitas, infrastruktur, teknologi dan industri,” tuturnya.
Rencana Aksi Pangan dan Gizi menjadi salah satu instrumen penting dalam mengintegrasikan kegiatan pembangunan bidang pangan dan gizi ditingkat pusat maupun di daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Termasuk upaya konvergensi penurunan stunting yang tengah gencar dilaksanakan untuk mengejar target RPJMN penurunan prevalensi stunting balita menjadi 14,05 pada tahun 2024. “Rencana Aksi Nasional (RAN) Pangan dan Gizi juga akan digunakan oleh pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-P dengan prinsip dan pendekatan yang sama dalam menyus penajaman aksi tersebut,” pungkasnya. (Dn)