ACCARITA, – Ratusan masyarakat Merauke kini berada di Jakarta untuk menyampaikan keprihatinan kepada sejumlah pihak terkait adanya pihak tertentu yang bermain kotor terkait Pilkada 2020 di Merauke. Mereka menuding ada konspirasi jahat yang tujuannya menjegal Frederikus Gebze (Bupati incumbent) untuk maju lagi dalam kontestasi Pilkada 2020.
“Konspirasi jahat ini sangat masif, terstruktur dan sistematis. Ini gerakan politik yang kotor. Mereka bergerilya ke DPP sejumlah partai politik di Jakarta, agar partai-partai tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada Bupati Merauke (incumbent) Frederikus Gebze (Freddy),” ujar Martinus Mahuze yang mewakili ratusan warga asli Papua dari suku Marind, kepada wartawan di Jakarta, hari ini.
Menurut Martinus, gerakan ini didukung anggaran yang besar dari sejumlah pengusaha di Merauke yang berkonspirasi menjegal Freddy.
“Mereka ini adalah pengusaha yang kurang terkakomodir untuk ‘menggarong’ APBD Kab Merauke di bawah kepemimpinan Freddy,” tambahnya.
Tak tanggung-tanggung, kelompok ini bahkan berhasil mendongkel Freddy dari kursi Ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Merauke.
“Tak cukup dengan itu. Kelompok ini juga melobi partai-partai lain agar tidak mengusung Freddy sebagai calon bupati. Untuk mereka menghalalkan segala cara. Bahkan tak sungkan “mengebom dana” agar Freddy tidak mendapat rekomendasi dari partai untuk maju lagi mencalonkan di sebagai bupati dalam Pilkada 2020,” ujarnya.
Yang memprihatinkan, kelompok ini tak segan-segan melakukan politik pembusukan dengan melemparkan isu ke pengurus DPP partai di Jakarta, khususnya partai Islam, bahwa Freddy adalah sosok yang anti-muslim.
Menurut Martinus, isu yang dihembuskan tersebut sangat jahat. Karena, faktanya, Freddy justru selama ini sangat bersahabat dengan kelompok muslim juga para tokoh muslim di Merauke.
“Tak hanya itu. Ibu Herlina, calon wakil bupati pasangan Freddy adalah seorang muslim dan kader PKS. Hal itu menunjukkan bahwa Freddy adalah bukanlah orang yang anti muslim, tapi justru selalu menjunjung tinggi persaudaraan dengan teman-teman muslim,” ujarnya.
Martinus menyebut, jika pada detik-detik terakhir saat ini Freddy tidak mendapat “kendaraan politik” yang memenuhi syarat untuk maju sebagai calon bupati, maka suku terbesar di Merauke yaitu Marind tidak memiliki wakil dalam perhelatan Pilkada 2020.
“Sampai hari ini belum ada kepastian akan adanya tokoh asli daerah Papua khususnya dari Suku Marind yang bakal berlaga di Pilkada Merauke. Bahkan yang terjadi justru tokoh asli Marind yang akan maju sebagai bakal calon bupati justru terkesan dihalang-halangi dan tidak diberi kesempatan untuk berlaga di ajang Pilkada 2020. Padahal Suku Marind merupakan suku terbesar di Merauke,” tandas Martinus.
Menurutnya, jika Pilkada 2020 di Kabupaten Merauke tetap digelar tanpa memberikan kesempatan pada putra asli daerah sebagai salah satu calon peserta Pilkada, lanjutya, maka masyarakat setempat mengancam akan melakukan berbagai aksi perlawanan sebagai bentuk keberatan dan protes.
“Kami berharap semua pihak terkait termasuk Presiden Joko Widodo mendengarkan aspirasi yang kami sampaikan,” ujarnya.
Mereka juga berjanji akan mendukung siapapun calon Bupati Merauke yang terpilih dalam Pilkada 2020, asalkan aspirasi mereka dipenuhi dan Pilkada yang dijalankan berlangsung dengan jujur dan adil.
“Kami hanya menuntut ada tokoh asli Papua khususnya dari Suku Marind diberi kesempatan untuk maju sebagai salah satu calon bupati sebagai peserta Pilkada 2020. Kami tidak permasalahkan siapa nanti yang menang. Selama Pilkada berlangsung secara jujur dan adil, kami akan dukung siapa pun calon nanti yang terpilih sebagai Bupati Merauke berikutnya,” ungkap
“Tapi jangan belum apa-apa, sudah ada upaya-upaya dari pihak-pihak tertentu berbuat curang untuk berkuasa di Merauke. Belum berkuasa saja mereka sudah dzalim, apa lagi mereka nanti berkuasa,” tandasnya.
Sementara itu Herlina Agustina Gebze, kader PKS yang merupakan bakal calon wakil Bupati berpasangan dengan Freddy, mengaku kecewa berat dengan sikap DPP PKS yang ternyata justru memberikan rekomendasi kepada pasangan Hendrikus Mahuse – Edi Santoso yang bukan kader PKS, bukan kepada dirinya yang merupakan kader murni PKS.
Seperti diketahui, Herlina berpasangan dengan Freddy mendaftarkan diri ke PKS agar diusung sebagai calon Bupati-Wakil Bupati dalam Pilkada 2020 di Merauke. Namun, ternyata DPP PKS malah memberikan rekomendasi kepada pasangan lain.
Mengenai isu yang mendiskreditkan bahwa Freddy adalah sosok yang anti muslim, Herlina mengaku sudah mendengar juga isu tersebut. Dia mengaku terkejut dengan isu tersebut.
“Saya sudah telepon dengan banyak tokoh masyarakat dan tokoh agama Islam di Merauke. Mereka menyatakan bahwa Pak Freddy sangat baik kepada mereka. Pak Freddy selama menjadi Bupati bersikap adil kepada semua agama di Merauke,” ujarnya.